I just want to say..

Temen-temen semua, selamat datang di Blog-q..
Tolong kritik dan sarannya yach..
Jangan lupa komentarnya y...
Aq tunggu..

18 Februari 2009

Meyakinkan Khasiat Obat Tradisional Lewat Uji Klinik

Tawangmangu- Untuk menuju pengobatan alternatif dalam pengobatan modern, pemakaian obat tradisional jenis herbal (dari tumbuhan) tidak cukup hanya melalui uji empiris maupun pra klinik. Untuk meyakinkan khasiatnya dan bisa dikembangkan pihak industri dalam skala yang lebih besar, obat herbal harus diuji secara klinik.
Menteri Kesehatan Achmad Sujudi menyampaikan hal itu hari Selasa (27/4) saat membuka seminar nasional ke-25 Tumbuhan Obat Indonesia yang diadakan Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan Obat Indonesia (Pokjanas TOI), Badan Penelitian Tanaman Obat (BPTO), Puslitbang Farmasi dan Obat Tradisional Balitbangkes Depkes, dan Pemerintah Kabupaten Karanganyar di Tawangmangu, Jawa Tengah.
Seminar dua hari itu khusus menggali dan menyebarkan informasi penelitian mengenai buah mengkudu (Morinda citrifolia L) dan daun jinten (Coleus amboinicus Lour).
Dorongan untuk menguji klinik suatu jenis tanaman obat mutlak dilakukan untuk menghadapi makin banyaknya obat herbal dari luar yang masuk ke Indonesia. "Kenyataan itu di satu sisi ancaman, tapi di sisi lain jadi tantangan," katanya.
Pemakaian tumbuhan sebagai obat sudah lama digunakan masyarakat di Indonesia. Akan tetapi, menurut Menkes, pemakaiannya sebagian besar baru didasarkan pada pengalaman. Uji pre-klinik pada hewan percobaan atau uji klinik pada manusia masih terbatas. "Untuk meyakinkan khasiat tanaman obat, dibutuhkan uji klinik. Itu perlu sekali walau mahal biayanya," katanya.
Pengembangan tanaman obat bisa dilakukan lewat penelitian yang hasilnya bisa ’dijual’ kepada industri. Akan tetapi, nyatanya industri belum begitu tertarik. "Mungkin cara menjualnya yang kurang bagus sehingga industri belum tertarik," tambah Sujudi.
Kondisi itu jauh berbeda dengan China yang sudah melakukan uji klinik terhadap tanaman obat. "Saya pernah ke sana, laboratoriumnya sederhana, tetapi industri obat herbalnya maju sekali," urainya.
Diakui, dana untuk penelitian tanaman obat di Litbangkes Depkes belum memadai untuk lebih menggairahkan pemakaian tanaman sebagai obat. Alternatifnya, pihak industri bisa berinvestasi dalam bentuk penelitian tanaman obat.
Tanpa bahan kimia
Menurut Sujudi, baru-baru ini Menteri Kesehatan se Asean ditambah Jepang dan China telah menyepakati penggunaan obat tradisional secara terintegrasi dalam pelayanan kesehatan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mendorong ke arah sama. Meski demikian, masih ada yang harus dikerjakan karena forum menteri di atas masih mempertanyakan seberapa jauh peran tanaman obat itu dan persyaratannya.
Depkes RI beberapa waktu lalu juga sudah memasukkan kesepakatan itu dalam pro- gram dan saat ini sudah ada rumah sakit yang juga melayani pemberian obat dalam bentuk tanaman obat atau jamu.
Untuk lebih mengembangkan tanaman obat Indonesia, Sujudi berencana merefungsi Balitbangkes. Kabalitbangkes Depkes Dr Dini Latief saat ini sedang membuat masterplan visi, fungsi badan penelitian dan pengembangan kesehatan itu.
Sekjen Pokjanas TOI Nani Sukasediati MS Apt secara terpisah menyampaikan, pihaknya telah melakukan uji pre-klinik atas 47 tanaman obat dan ada penelitian lanjutan untuk mengkaji relasinya dengan riset unggulan kemitraan.

12 Februari 2009

My Brother's Wedding

Hohohoho.... I'm preparing 4 the next day to go to his wedding..

Aq ud siapin kebaya lengkap dengan selop kinclong, hehehe...

I cant wait, what's happen tomorrow...


Oh, iya... I'm going to visiting his church... Kakakq kristen low...

Pake' krudung??? I have to think about it... bisa2 digebukin pasturnya, hehehehe.....
Soalnya dikira maw ngebom....


Btw, wish me luck guys.... Nti takcritain dwech,,,,

02 Februari 2009

Mari Kita Doakan Teman-teman Kita








Senin, 02 Februari 2009

Sebanyak tujuh orang mahasiswa Yayasan Rumah Sakit Islam (Yarsi) hilang saat mendaki Gunung Salak, Sukabumi, Jawa Barat, Senin (2/2/2009). Mereka naik gunung mulai Sabtu 31 Januari dan dijadwalkan turun Minggu 1 Februari sore. Namun, mereka tak kembali. Ketujuh orang tersebut adalah M Sofyan (22), Reza Setya Anggara (21), Hengki (22), Rezki (18), Tugas Mahardika (18), Dhimas Hartanto (18), dan Trias Mujahid (18). Ketujuh mahasiswa ini melakukan pendakian pada Sabtu 31 Januari. Menurut jadwal yang disepakati, seharusnya para mahasiswa yang tergabung dalam kelompok pecinta alam Tribuana ini kembali Minggu 1 Februari sore. Namun hingga waktu yang ditentukan, ketujuh mahasiswa itu belum juga muncul.
Menurut Bambang, hilangnya 7 mahasiswa itu dilaporkan oleh rekan mereka bernama Agung. Agung yang bertugas menjaga posko Tribuana di Cimalati mendapat SMS dari Tias. Dalam SMS itu Tias yang mengaku sudah sampai di puncak mengatakan terpisah dari teman-temannya."Tias minta bantuan makanan dan lainnya. Sebab teman-temannya yang membawa perbekalan tertinggal di bawah. Jadi mereka terpisah, tapi saat ini Tias juga tidak bisa dihubungi," kata Bambang.Menurut Bambang, pihaknya sudah mengirimkan 2 tim evakuasi yang terdiri dari anggota Basarnas, Wanadri dan kelompok pecinta alam lainnya. Tim pertama diberangkatkan dari jalur utara, yakni Desa Cimalati. Sedangkan tim kedua diberangkatkan dari sisi barat, yakni wilayah Cidahu."Para mahasiswa ini melakukan pendakian lewat jalur ilegal. Sebab jalur resmi di Cidahu ditutup sementara sampai akhir Maret karena cuaca buruk," ungkap Bambang.

Teman-teman sesama mahasiswa, mari kita doakan agar mereka cepat ditemukan dalam keadaan selamat...